Archive for Juli 27, 2007

Hidupkan Masjid (1)

Ketika selesai sholat sunnah bada isya, tiba-tiba seorang pemuda menyapa saya dari belakang, dia memperkenalkan diri begitu juga saya, ternyata anak muda tersebut bernama Hanafi (seorang muallaf yang dulunya bernama Hendrik, masuk islam semenjak 2 bulan yang lalu pada saat itu).  Dia bercerita bagaimana dulu dia masuk islam, (dalam hati,saya ucapkan puji syukur kepada Allah, Allah sebarkan taufik dan hidayah kepada siapapun yang Allah kehendaki),  dia bercerita bagaimana ujian melanda dia, bapak mengusirnya (mungkin bapaknya kaget dan dia tidak bicara baik2 kepada bapaknya).  Sehari-hari aktivitas dia membantu bapaknya berdagang, uang didapatkannya dari upah yang diberikan bapaknya selama dia membantu berdagang.  Bapaknya tidak suka dia meninggalkan dagangannya karena dia mau sholat. Karena bapaknya mengusirnya pada waktu itu, otomatis biaya untuk hidup tidak ada karena hanya mengandalkan dari upah bapaknya, dan dia hanya lulusan SMP. Dia mengeluh soal ekonominya, dalam hati saya, saya juga lagi butuh biaya kuliah S2 (sungguh egois dan pelit saya), saya langsung teringat bagaimana Rasulullah dan para sahabat yang memiliki sifat iqram (memuliakan) kepada saudara semuslim yang sangat tinggi, langsung saja saya menanyakan kebutuhannya sekarang. Karena keinginannya belajar mengaji tinggi, dia ingin membeli buku Iqra tapi tidak punya uang, dan dia bertanya kepada saya apakah saya punya buku Iqra dan juga dia belum makan pada hari itu. Saya langsung pulang mencari buku iqra (alhamdulillah ada), dan saya bawakan beberapa baju koko, sarung dan celana serta nasi beserta lauk-pauk dan sayur dalam satu nampan untuk makan sama2.  Sambil makan bersama dalam satu nampan (sunnah Nabi), dia bertanya kepada saya yang membuat saya malu sebagai umat Nabi, yang dia tanyakan “Mengapa umat islam yang peduli akan muallaf yang kurang mampu seperti dirinya hanya sedikit sekali”, saya agak lama menjawabnya, sambil meneruskan makan dan menunggu ilham, saya menceritakan bagaimana dulu para sahabat yang mempunyai sifat mulia, memberlakukan saudara muslim seperti diri mereke sendiri, dan saya juga menceritakan kondisi umat islam sekarang karena kelemahannya dan ketidakpahamannya akan islam belum bisa meneladani para sahabat (begitu juga saya), setelah mendengar cerita saya (padahal saya tidak menjawab pertanyaannya, hanya cerita saja) dia akhirnya memaklumi. Setelah makan, dia pamitan untuk pergi (saya tidak tahu dia pergi kemana, katanya dia mau pergi ke masjid lain) dan minta doa agar diberi kekuatan menjalankan islam.

Setelah dia pergi, saya berpikir kenapa yang dia temui selepas sholat isya tadi itu saya, kenapa bukan imam masjid atau ustadz (karena tadi di masjid ada kajian tafsir quran) yang notabene punya segudang ilmu dan pengalaman.  Mungkin kalo ada Ustadz atau Imam Masjid saat itu masalah bisa selesai.  Kalau dipikul saya sendiri sepertinya berat sekali. 

Andai masjid seperti kantor atau pabrik yang setiap saat ada yang memikirkannya, ada yang mengaturnya, ada yang mengelolanya  pagi sampai malam, mungkin masjid tidak sesepi seperti sekarang, orang-orang berbondong-bondong ke masjid, menyelesaikan masalah di masjid, bertukar pikiran di masjid, kalau ada masalah orang-orang larinya ke masjid, orang-orang cinta masjid. (Kapan masjid bisa seperti itu ?)

Masjid-masjid sekarang hanya sebagai simbol keagamaan saja (Megah tapi gak ada yang mo ngisi), tidak ada bedanya dengan Peti Mati (Sama-sama megah juga tapi gak ada yang mo ngisi).  Perbanyak istighfar.

Insyaallah bersambung …………………..

Juli 27, 2007 at 3:51 am 1 komentar


Kategori

Juli 2007
S S R K J S M
 1
2345678
9101112131415
16171819202122
23242526272829
3031  

Komentar Terbaru

isfiya pada Hasil Survey
nyurian pada Hasil Survey
nyurian pada Hasil Survey
nyurian pada Hasil Survey
Hayu Kurniasih pada Hasil Survey

Blog Stats

  • 7.274 hits